top of page
  • Writer's picturestellarw

Marak Tren De-Influencing, Apa yang Harus Dilakukan Pemilik Brand?


Sumber: www.freepik.com

Berapa banyak konten review produk oleh influencers yang kamu temui dalam satu kali scrolling media sosial? Mulai dari produk kecantikan, fashion, dekorasi rumah, hingga peralatan anak dan bayi, berbagai produk silih berganti lewat di beranda akun media sosial kita. Mengikuti saran influencer saat ini sudah menjadi hal yang lumrah. Namun, apa jadinya jika content creator malah melakukan kebalikannya, yaitu mengajak publik untuk tidak membeli produk tertentu?


Inilah tren de-influencing yang akhir-akhir ini tengah menjadi tren di TikTok. Seperti namanya, tren de-influencing ini ditandai dengan maraknya postingan tentang ajakan untuk tidak membeli produk tertentu karena produk tersebut tidak sesuai dengan klaimnya. Produk yang diulas dalam konten de-influencing juga bermacam-macam, dimulai dari produk kecantikan, dekorasi rumah, hingga film.

Tren de-influencing ini pertama kali marak di Amerika ketika pegawai Sephora membuat ulasan jujur mengenai produk-produk terkenal yang banyak dikembalikan oleh pembeli Sephora. Tren ini mengkritik fenomena konsumsi berlebih (overconsumption) dan meminta publik untuk berpikir lebih panjang ketika ingin membeli sebuah produk, bukan hanya karena tren semata.


Tren deinfluencing ini merupakan fenomena menarik yang sekaligus menjadi tanda bahwa budaya konsumerisme saat ini sudah mulai ditinggalkan. Dari segi pemasaran, ini juga menandakan bahwa kepercayaan publik terhadap influencer yang merekomendasikan produk sudah dipertanyakan karena sudah semakin banyak orang yang menyadari kehidupan yang ditunjukkan oleh influencer tidak selalu realistis.


Stellar Women melalui risetnya, Perempuan Indonesia dalam Lanskap Digital, sudah memprediksi fenomena ini. Dalam riset ini, Stellar Women menemukan bahwa efektivitas mega-influencer, yakni influencer dengan >1 juta pengikut, dalam mengajak publik membeli sebuah produk dinilai semakin menurun. Kini konsumen perempuan lebih percaya terhadap ulasan dari suatu komunitas tertentu dan orang-orang terdekat mereka yang keasliannya dinilai tinggi.



Lalu Bagaimana Dampak De-Influencing terhadap Brand?


Belum ada data yang mengukur dampak tren de-influencing terhadap strategi pemasaran brand. Namun, sebagai pemilik brand, kemunculan tren ini menandakan harus ada penyesuaian dalam strategi branding yang dilakukan. Ketika rekomendasi dari influencer sudah menurun efektivitasnya, cara lain bisa ditempuh untuk membangun hubungan yang otentik konsumen.


Terapkanlah strategi berikut untuk membangun hubungan yang otentik dengan konsumenmu.


1. Memberikan Pelayanan Excellent


Pelayanan yang berkualitas baik akan membuat pembeli untuk membeli produkmu kembali di masa depan. Kamu bisa memulainya dengan merespons komplain pembeli di berbagai platform dengan cepat dan memberikan resolusi untuk komplain tersebut. Untuk mendukung penggunaan produk oleh pembeli, berikanlah mereka tutorial penggunaan dan perawatan produk yang mudah diakses dan dipahami. Selain itu, kamu juga bisa memberikan layanan tambahan seperti pemasangan produk yang membutuhkan tenaga fisik.


2. Bangun Brand Personality yang Otentik


Sebuah brand yang otentik adalah mereka yang bersikap transparan, memahami apa yang diinginkan konsumen, dan juga mencoba untuk selalu memberikan solusi terhadap permasalahan mereka. Untuk membangun brand personality yang otentik, kamu bisa memanfaatkan brand storytelling yang menunjukkan misi dari brandmu. Kamu juga bisa memperkenalkan orang-orang di balik brandmu dan juga menunjukkan inisiatif yang didukung oleh brandmu.

3. Temukan Cara Kreatif untuk Berinteraksi dengan Konsumen


Hal ini bisa kamu lakukan dengan cara mengadakan charity event, berkolaborasi dengan organisasi lokal yang mempromosikan hal-hal baik, memberikan poin pembelian yang berguna untuk pembelian selanjutnya, dan memberikan penawaran khusus melalui diskon atau kupon.

Tren silih berganti, strategi bisnis pun perlu penyesuaian untuk bisa mengimbangi. Membangun hubungan yang otentik sebenarnya tidak sulit, namun membutuhkan upaya yang konsisten. Dengan menerapkan hal ini, semoga brand kamu bisa tetap standout di tengah-tengah pilihan yang banyak.


NOTES FOR STELLARS!


Ingin mencari teman sesama wanita karir atau entrepreneur wanita? Ayo gabung menjadi member Stellar Women GRATIS!


Kamu akan menemukan teman baru sesama wanita karir dan entrepreneur wanita untuk saling berkoneksi, berkolaborasi dalam bisnis, bertukar informasi, saling berkeluh kesah, dan menyemangati satu sama lain.


Daftar membership Stellar Women GRATIS dan dapat BANYAK BENEFIT!


Klik tombol di bawah untuk cek seluruh benefitnya!



BACA JUGA:



MUST WATCH VIDEO!

MEMBANGUN BISNIS FASHION DI USIA MUDA BERSAMA MUTIARA KAMILA | Stellar Women #MTFPodcast

 

Ingin lihat konten lain dari Stellar Women yang gak kalah menarik?

KLIK TOMBOL DI BAWAH INI YAA!



Tentang Stellar Women:


Stellar Women adalah komunitas perempuan yang mendukung para wanita agar menjadi perempuan berdaya untuk mencapai tujuan hidupnya. Stellar Women berkomitmen untuk mendukung perempuan dalam bidang bisnis dan skill professional. Kami menyediakan kelas online, webinar, mentorship, kelas bisnis, dan juga forum.

Kini, Stellar Women telah menjadi komunitas bisnis khusus wanita yang menjadi tempat bagi mereka untuk berdiskusi, berbagi informasi, dan berjejaring dengan 10.000+ perempuan lainnya di seluruh Indonesia. Gabung sekarang bersama kami!



43 views0 comments
bottom of page